Mengawali hari kedua di Jogja, kami akan disibukkan dengan kegiatan
seminar di Amikom *bakal jadi hari yang paling membosankan seyogyakarta. Bangun
pagi-pagi, pak Edy dan Puji masih tidur, ane pun kembali menarik selimut,
ngantuk berat bersebab tadi malam setelah balik dari jalan-jalan kami harus
menghadiri acara makan malam dengan seluruh kolega kampus yang difasilitasi
oleh Amikom selaku tuan rumah di Jogja. Belum usai hanya sampai dimakan malam,
selanjutnya kami diarahkan untuk mengikuti rapat antar perguruan tinggi yang
tergabung dalam sebuah asosiasi perguruan tinggi swasta, yang dibahas tentu
saja mengenai simbiosis mutualisme multilateral antar perguruan tinggi demi
terwujudnya tri darma perguruan tinggi *ah lupakan. Mumpung masih jam 6 pagi,
masih ada waktu untuk adventure di Dreamland (Red, Alam Mimpi) *hoaam.
Singkat cerita, udah pada mandi nih semuanya, sebelum berangkat ke
Amikom kami sempatkan dulu untuk sarapan pagi di Hotel. Sangking banyaknya pilihan makanan yang disediakan, ane muter-muter
terus karena bingung mau makan apa, pengennya ane makan semuanya. Tapi ane
akhirnya melabuhkan pilihan di Egg
Station. 2 telur dadar dengan 1 gelas jus apel dan 1 gelas susu segar plus
2 buah roti isi coklat dan 1 buah donat coklat *maklum baru keluar dari goa.
Sekitar pukul 8 pagi kami dijemput oleh pihak panitia seminar untuk di drop-in ke Amikom, tidak butuh waktu
lama, kami tiba di Amikom yang berada tepat di depan UPN Yogyakarta *kalau gak
salah.
Sumber : www.kampus-info.com |
Tahun
kemaren ane gak ikut pembukaan seminar soalnya pak Edy gak ada, jadi
males-malesan dulu, dan sekarang mau gak mau ya harus ikut toh. Sementara puji
harus berpisah dengan kami karena jadwal perlombaan ICT Award dengan pembukaan
Seminar itu bersamaan. Pembukaan seminar di Amikom kali ini lagi-lagi diisi
oleh tiga orang pakar di bidang IT, Bapak Prof, Dr, M Suyanto, MM, Bapak Prof.
Zainal A Hasibuan, PhD dan yang terakhir Bapak Prof. Dr. Ir. R Eko Indrajit
M.Sc, M.BA, M.Phil, MA *pokoknya gelar pak eko ini lebih panjang dari nama aslinya.
Wah, seru ternyata mendengar perjuangan dan sudut pandang ketiga professor ini dalam melihat dunia pendidikan.
Sekitar pukul 12 lewat, pembukaan
seminar usai. Kami kembali disuguhi makanan ala prasmanan. Selesai makan, ane
kira bakal disuruh ikut parallel session tapi
ternyata gak, malah diajak jalan-jalan sama pak Djoko *pak Djoko ini adalah
dewan Pembina Asosiasi yang ane jelaskan di atas. Begitu tau diajak
jalan-jalan, ane rasanya pengen koprol guling-guling salto rolling sweeping
*wkwkwkw lari ada FPI.
5.museum Ullen Sentalu
Belum diketahui kemana pak Djoko akan membawa kami, jadi ceritanya puji udah selesai lomba dan langsung kami ajak ikut jalan-jalan, untuk informasi pemenang ICT Award-nya kami amanahkan kepada teman kami yang kebetulan sedang kuliah di Amikom. Jadi puji gak perlu khawatir tentang informasi pengumuman pemenang, syukur-syukur puji menang *aamiin. Cukup lama berada dalam mobil dan akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang ramai dengan anak-anak Paud, Play Group dan anak SD, sepertinya ini kebun binatang *hahahaha. Ternyata dan ternayata bukan kebun binatang pemirsa, ini adalah museum seni dan budaya jawa yang dikenal juga dengan sebutan museum Ullen Sentalu.
Belum diketahui kemana pak Djoko akan membawa kami, jadi ceritanya puji udah selesai lomba dan langsung kami ajak ikut jalan-jalan, untuk informasi pemenang ICT Award-nya kami amanahkan kepada teman kami yang kebetulan sedang kuliah di Amikom. Jadi puji gak perlu khawatir tentang informasi pengumuman pemenang, syukur-syukur puji menang *aamiin. Cukup lama berada dalam mobil dan akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang ramai dengan anak-anak Paud, Play Group dan anak SD, sepertinya ini kebun binatang *hahahaha. Ternyata dan ternayata bukan kebun binatang pemirsa, ini adalah museum seni dan budaya jawa yang dikenal juga dengan sebutan museum Ullen Sentalu.
Sumber : www.panduanwisatajogja.com |
*Benerkan yang ane bilang, ente lihat aja di pintu
masuknya banyak pohon-pohon, untung gak ada si dora begelantungan.
Museum Ullen Sentalu ini beralamat di Jalan Boyong
Km 25, Kaliurang Barat,Sleman. Untuk bisa masuk ke museum ini kita hanya perlu
mengeluarkan biaya sebesar 30rb rupiah, tapi itu biaya tiket untuk orang dewasa
dan tiket untuk anak-anak biayanya berbeda. Well,
10 tiket untuk orang dewasa sudah di tangan, saatnya memasuki museum. Setelah
memasuki pintu masuk museum, kami diminta untuk menunggu sebentar oleh pemandu,
karena mungkin keterbatasan jumlah pemandu, jadi kami dikumpulkan dengan
rombongan lain agar bersama-sama dipandu untuk memasuki setiap ruangan yang ada
di museum ini, dan peraturan yang paling penting di museum ini adalah kita
tidak boleh mengambil gambar alias dilarang foto-foto.
Singkat cerita, mbak
pemandu yang ane lupa namanya karena istri ane ngelarang ane ngingat
nama wanita lain *wkwkwkwk ngeles, menjelaskan bahwa Ullen Sentalu merupakan singkatan dari “blablabla bencong blabalabalabla”, what? Bencong? Apaan?
*sumpah ane begok sampek disitu. Karena penasaran dan takut salah, ane coba
tanya sama paklek gugel dan ternyata mbak pemandu itu bilang “Ulating Blencong Sejatine
Tataraning Lumaku” yang artinya “Pelita kehidupan sejati bagi jalan hidup
manusia” *ohh begitu. Jadi di museum Ullen Sentalu ini kita akan disuguhi
berbagai macam kebudayaan kerajaan-kerajaan Jogja dan Solo. Mulai dari batik, alat musik
tradisional, lukisan-lukisan sultan dan selir-selirnya. Mbak pemandu juga
bilang salah satu sultan itu punya banyak selir tapi tidak ada 1 pun dari
selir-selirnya yang diangkat sultan untuk menjadi permaisurinya. Disini ane
mulai belum paham, apa yang membedakan antara selir dan permaisuri, kalau selir
ane sudah tahu dari mas pemandu yang kemaren memandu kami di taman sari, mas
pemandu bilang bahwa selir adalah wanita yang dinikahi sultan (Istri),
sementara menurut mbak pemandu di Ullen Sentalu ini, permaisuri adalah istri
sultan yang memiliki kedudukan tertinggi diantara istri-istri sultan yang
lainnya.
“kenapa sultan gak punya
permaisuri ?” salah seorang pengunjung bertanya ke mbak pemandu
“sultan punya kriteria untuk
mengangkat selirnya menjadi permaisuri” jawab mbak pemandu
“ada 2 kriteria yang seorang
selir harus miliki jika ingin dijadikan sultan sebagai permaisuri, yang pertama
adalah seorang permaisuri harus menguasai banyak bahasa asing, karena dijaman
dahulu sultan menjalin hubungan baik dengan banyak orang-orang asing, yang kedua
seorang permaisuri harus pandai bermain alat musik. Oleh karena tidak ada selir
yang cocok untuk dijadikan permaisuri akhirnya sultan mengangkat ibu kandung sultan
sebagai ibusuri,konon katanya hal ini sultan lakukan karena sultan begitu menyayangi ibundanya“ mbak pemandu menambahkan
Nah loh apa lagi ini ibu suri ?
*silahkan cari tau sendiri. Intinya mah seorang permaisuri harus cerdas, tapi iyalah
pula ya, jadi permaisuri enak punya kedudukan tinggi, kalau punya anak cowok
bakal jadi pengganti raja nantinya. Ada banyak ruangan di museum Ullen Sentalu
ini, ruangan pertama yang kami masuki berbeda dari ruangan-ruangan yang lain,
sebab jalan masuk ke ruangan yang pertama ini menjorok ke bawah dan dingin
seperti di bawah tanah tapi mungkin karena dataran tanah yang tidak stabil jadi
terkesan seperti di bawah tanah. Dan di ruangan ini pula ane merasakan tengkuk
ane kembali berat, refleks ane memijat-mijat tengkuk.
“ji, tengkuk saya berat lagi “
ane coba ngeluh ke puji
“bapak ngerasin juga? “ puji
balik nanya
Pengen cepat keluar aja dari ruangan ini, Lanjut keruangan berikutnya, setelah kejadian tengkuk ane berat
itu ane mulai gak fokus sama penjelasan mbak pemandu. Ane asik sendiri
ngelihat-lihat koleksi batik-batik keraton, sampai pada akhirnya titik jenuh ane melewati ambang batas dan
bertemulah ane dengan 2 orang anak SD yang kebetulan berada dirombongan yang
sama dengan ane.
“abang dari mana?” adik baju
merah nyamperin ane
“abang dari sumatera utara” ane pura-pura belagu
“naik apaan kesini?”
“naik burok”
“naik buuuuurook? Emang ada ?”
“iya kan biar cepat sampeknya”
Mereka berdua saling tersenyum
dan mulai antusias sepertinya, sangking antusiasnya mereka ngelapor ke nyokap mereka tentang ane yang datang ke Jogja naik burok, bakal dilabrak dan dituntut dah ane, atas kasus penyelewengan informasi kepada anak di bawah umur, tu anak bedua polos tak bermotif amat yak *jedutin kepala ke tembok. lanjut lagi deh tour di Ullen Sentalu, kerjaan kami
ini kayaknya keluar masuk keluar masuk ruangan mulu, yang dilihat
lukisan-lukisan, batik-batik, koleksi-koleksi kerajaan, dan pohon-pohon gede.
Sampai akhirnya memasuki ruangan terakhir yang mengantarkan kita diakhir
perjalanan, ane kurang tau ruangan apa namanya karena emang gak ngedengerin si
mbak ngomong, jadi ruangan terakhir ini penuh dengan lukisan ratu pantai
selatan dan juga ada patungnya kalau ane gak khilaf *agak serem. Ane memilih untuk
keluar dari ruangan tersebut dan memisahkan diri dari rombongan, puji juga ikut
keluar, dan percakapan ane dengan puji dimulai.
“sebenernya apa yang mau puji
jelasin mengenai kejadian tengkuk saya tiba-tiba berat?” ane angkat bicara
“gimana ya pak ngejelasinnya,
jadi gini pak. Kita ini kan punya energi, jadi kenapa tengkuk bapak berat itu
karena energi bapak kalah dengan energi mereka “ puji mulai horror
“jadi energi saya lemah ya ji?
Berarti saya bisa kerasukan?”
“bukan gitu pak, kadang kan ada
orang yang ‘sensitif’ sama energi, saya juga ngerasain pak tapi gak separah
bapak, ada juga yang sampek pingsan pak”
“jadi sebenernya kita ini apa?” pertanyaan yang mengakhiri cerita ngaur kami
Perjalanan usai, kami pun diajak
oleh mbak pemandu untuk menikmati segelas wedang hangat. yang katanya minuman
tersebut bisa membuat yang meminumnya menjadi awet muda, cusss semua pada
minum, ane juga gak mau ketinggalan, yang lain pada minum 1 ane minum 2 gelas,
bukan karena pengen awet muda tapi haus bos muter-muter museum. sebelum keluar dari museum kami menyempatkan
diri untuk mengabadikan perjalanan kami dengan berfoto, nah kalau diawal tadi
ane katakan bahwa tidak boleh mengambil foto di dalam museum Ullen Sentanu tapi
ternyata pihak museum menyediakan sebuah tempat untuk berfoto ria *belum bisa
foto nih karena masih harus ngantri.
“bang burok…bang burok” anak
bedua tadi manggil-manggil ane
“jiaahhh masak bang burok,
abangkan manusia bukan alat transfortasi” tepuk jidat
“nama abang siapa?”
“nama abang, alfa.”
“nama aku juga ada alfa-nya”
“emang nama kamu siapa?”
“nama aku Muhammad sultan erlando
Alfarabi,bang alfa punya fesbuk?” *buset panjang amat namanya
“punya, emang kenapa?”
“apa namanya ?”
“Alfa Sholeh Al-Fatih”
“add fesbuk aku ya “ *gubrak kalau ujung-ujungnya minta di-add
ngapain nanya fesbuk ane.
“iya, apa namanya ?”
“bang..bang erlando itu punya
sekolah loh” adik baju ijo akhirnya ngomong juga
“emang kalian kelas berapa?” agak
panasaran
“kelas enam, fesbuk ku namanya
sultan erlando,jangan lupa di add ya bang”
Ane balas dengan senyum, mumpung
area foto udah kosong ane ajak aja tuh anak bedua foto, *cekrekkkk inilah mereka.
Sumber : Dok.Pri Bu Juli |
Sayonara Ullen Sentalu, menarik
sekali museum ini. kalau biasanya di museum-museum, kita hanya dimanjakan oleh
koleksi barang-barang antik dan sebagainya, maka di Ullen Sentalu kita juga
bisa menikmati rindangnya pepohonan ditambah lagi lokasi museum ini juga berada
di kaki gunung merapi kalau ane gak khilaf *perasaan ane bilang gak khilaf mulu
yak.
6. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Tlogo Muncar
Langit jogja saat itu masih murung, ashar baru masuk tapi seperti sudah magrib. Berharap balik ke hotel, tapi realitanya berkata tidak demikian, kali ini kami diajak singgah disebuah tempat wisata, Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Tlogo Muncar.
6. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Tlogo Muncar
Langit jogja saat itu masih murung, ashar baru masuk tapi seperti sudah magrib. Berharap balik ke hotel, tapi realitanya berkata tidak demikian, kali ini kami diajak singgah disebuah tempat wisata, Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Tlogo Muncar.
Sumber : Dok.Pri Puji |
Dari tempat ini kita bisa melihat
bagian selatan gunung merapi, selain itu juga terdapat sebuah telaga yang
semakin memperindah taman di tlogo muncar ini. Ane juga ngelihat banyak
pasangan muda saling memadu kasih di seputaran taman tlogo muncar. Tidak hanya
sampai disitu, di Tlogo Muncar ini, kita dapat melihat monyet-monyet bebas
berkeliaran. *nah ane malah digodai sama monyet, hajab.
Sumber : Dok.Pri Puji |
Btw,
tujuan utama kami ke Tlogo Muncar adalah untuk makan, penasaran dengan menu apa
yang para penjual jajakan, ane pun langsung melihat menu. Indomie rebus (di
medan ada), sate kambing (di medan ada), sate ayam (di medan ada), sate kelinci
( di medan juga ada ) dan ada beberapa macam makanan khas jogja. Berhubung ane
kurang serasi sama makanan khas jogja ditambah lagi ane juga gak tega makan daging
hewan imut (Red,Kelinci), ane pun harus bebesar hati untuk memilih sate kambing
dan wedang susu. Gak perlu ane ceritain lah gimana rasa sate kambingnya karena akan
bernasib sama dengan si Gudeg, Selesai makan selesai pula waktu kami berkunjung
di Tlogo Muncar. It’s time to go home.
Udah dari tadi pengen balik aja ke hotel, cuacanya gak mendukung untuk
jalan-jalan.
7.CUPUWATU Resto
Sekitar pukul 5 lewat, kami sampai di Hotel. Langsung ambil langkah sigap menuju kamar, malam ini, puji ijin untuk pergi mengunjungi neneknya, jadi puji ini aslinya orang Jogja Cuma kedua orang tuanya merantau di Medan sementara kebanyakan saudaranya berada di Jogja. Ceritanya udah malam, kami di jemput oleh Pak Barka (Panitia Seminar ) beserta istri dan anaknya untuk wisata kuliner, karena pak Barka lebih tau makanan yang enak di Jogja, untuk menu makan malam hari ini kami percayakan ke pak Barka. Gak lama kami pun parkir di CUPUWATU Resto yang beralamat di Komplek Grand Cupuwatu Jalan Jogja - Solo KM 11.8, Sleman. Menu andalan di Resto ini adalah Manuk Londo atau disingkat dengan sebutan Malon, Manuk Londo ini sejenis unggas atau burung puyuh asal prancis *burung impor bro.
Sumber : Dok.Pri Bu Juli |
Nah, yang kami pesan ini namanya Malon ala Peking,
kebetulan fotonya dari jauh jadi gak keliatan gimana bentuknya. Tapi tenang
aja, ane punya foto malon ala peking dari dekat.
Sumber : www.Kulinerwisata.com |
Bicara soal rasa, malon ala peking ini gak begitu ramah di lidah ane
*lidah orang kampong pantes aja gak cocok sama makanan begituan. Rasa dagingnya
beda, Apa mungkin karena bumbunya yang buat rasa dagingnya berbeda atau memang
rasa daging unggas itu beda-beda. Untuk mensiasati agar malon ini ane habiskan,
ane pun mencapur malon dengan kuah cah kangkung, wihh jadi enak malonnya *dasar
aneh. Untuk harga per porsi, ane lupa tapi untuk biaya makan berenam lengkap
dengan minum dan cah kangkungnya kami hanya membayar sekitar 400rb-an. Cukup mahal
memang untuk harga makanan di Jogja. Finally, kegiatan kami hari ini ditutup
dengan makan malam tersebut, sayang banget puji gak ikut makan.
Postingan selanjutnya lihat di sini (11 Destinasi Seru Kota Yogyakarta (Part 3) : Mengakhiri Kisah Yang Tak Usai).
2 Comments
janjalan kali ini disponsori oleh rasa nano nano ya Pak? berjuta rasanya :-p
ReplyDeleteditunggu postingan berikutnya ^_^
Baik Nyonya :D
ReplyDeleteJangan Lupa Tinggalkan Komentar, Mohon berkomentar yang positif.