Kepekaan
terhadap agama bukan lagi menjadi hal penting saat sekarang ini, hilangnya
identitas diri sebagai remaja muslim sudah menjadi hal yang sangat biasa, memprihatinkan
memang melihat pertumbuhan remaja muslim di kota ku sarat akan kebebasan. kebebasan
dalam hal-hal yang jauh dari dampak positif, aku terbilang sangat baru dalam menapaki
langkah ku memahami ISLAM, jelas sekali ini merupakan konsekuensi untuk ku yang
selalu meremehkan proses tarbiyah, entah lah, yang ada dibenak ku sekarang
hanya lah bagaimana memanipulasi pikiran ku yang telah lama terkontaminasi oleh
‘virus – virus ‘ cinta dunia. jika yang lain sibuk menanti maka aku juga sibuk
mencari. mungkin ini cara ku menjemput hidayah Allah.
satu tahun yang lalu, tepatnya saat pertama kali aku
menginjakan kaki di rumahku yang baru, dan untuk kedua kali nya aku
diperkenalkan dengan media tarbiyah yang tidak begitu asing untuk ku, wajar
saja karna aku pernah berkecimpung di dalam nya walaupun hanya tiga minggu
kalau aku tidak salah mengingatnya. Awalnya aku berpikir ini akan menjadi
kesempatan yang baik untuk ku mendapatkan teman-teman yang baru, mengingat aku
juga orang baru disini, tapi ternyata Allah juga punya tujuan yang lain dibalik
ketidak sengajaan ku bergabung di halaqo yang baru ini. Halaqo ? mungkin banyak
dan hampir kebanyakan orang tidak begitu familiar dengan kata ‘Halaqo’. Bahkan
aku pernah terlibat dalam percakapan singkat dengan teman sekelas ku dikampus
mengenai keingin tahuan nya akan halaqo.
“ aku sering dengar
dari teman-teman kita tentang alasan mu yang selalu menolak untuk bergabung
dengan kami saat liburan, halaqo kan ?? tapi gak satu pun dari mereka mengerti
bahkan membuat ku paham tentang halaqo, sebenarnya apaan sih tuh ? sejenis olah
raga dari arab ya ? ” teman ku memulai pembicaraan saat kami berada dalam ruang
kelas,
“hmmm……” aku mulai berpikir sambil melanjutkan
jawaban ku “ gini aja deh karna aku juga baru banget sih join tp yang ku tahu
halaqo itu diambil dari bahasa arab yang artinya melingkar”
“melingkar? Ular ?”
temanku mulai nyeletuk,
“hehehehehe….. ya gak
lah, itu cuma perumpamaan aja sih,yang pasti duduknya melingkar kayak konfrensi
meja bundar tp pada intinya kita semua diberikan pembekalan ilmu tentang agama,
motivasi hidup dan juga kita belajar membaca Al Qur’an “
“ohhhh….. kayak
pengajian remaja mesjid gitu ya?”
“iya….bener banget,
tapi beda nya pengajian ini khusus untuk remaja putra aja kalo yang putri mah
beda lagi”
“assiiikkk…..tapi sejak
kapan kamu hobi yang begituan ? lagian aneh banget pengajian mu, mau ngaji aja
sampek harus dibedain putra sama putri nya… jangan-jangan pengajian kamu itu
pengajian buat ngerekrut teroris-teroris muda ya ? kamu kan udah cocok banget
tuh jadi teroris ada janggutnya “
“ini kan sunnah kale….”
Aku hanya bisa tersenyum tanpa memberikan penjelasan tambahan pada nya.
Begitulah cerminan
remaja muslim kita saat ini, bukan berarti aku merasa lebih baik atau lebih
suci dari mereka tapi inilah realita yang harus kita hadapi sekarang, krisis
iman yang membuat setiap pribadi enggan menunjukan identitas diri mereka
sebagai remaja muslim. Merasa aneh dengan pengajian yg kental akan syariat,
malu melakukan hal-hal yang baik, meninggalkan perintah sholat tanpa beban bahkan
sudah benar-benar jauh dari Al Qur’an. Wajar jika ini menjadi alasan ku untuk
selektif dalam memilih teman, karna rasul sendiri memberikan perumpamaan dalam
persahabatan, beliau berkata “ seorang sahabat merupakan cerminan
sahabat-sahabatnya, jika kamu ingin mengetahui tingkah laku seseorang maka
perhatikan lah dengan siapa dia bersahabat”.
Aku benar-benar memantapkan diriku untuk istiqomah
dijalan dakwah, walaupun pemahaman ku masih amat terbatas tapi pepatah “Man
Jadda wajada” masih tetap ku pegang, kadang aku berpikir jalan ini pasti sunyi
namun bertemunya aku dengan sang murobbi, dan teman-teman yang memiliki satu
visi membuat rasa gelapnya kesunyian itu tersingkap. Terlepas dari pandangan
orang-orang sekitar ku yang menganggap
implementasi syariat dalam kehidupan sehari-hari masih ‘aneh’. Aku benar-benar ‘tergelitik’
ketika teman ku bertanya masalah pacaran.
“kamu gak normal ya ???
soalnya aku gak pernah liat kamu dekat sama cewek apa lagi jalan sm cewek.
Kurang tertarik ya sm cewek ? “ pertanyaan itu menyentak ku seketika.
“buat apa ?? penting ya
?” jawab ku agak kesal.
“ hello……ini jaman
modern, masak iya sih gak punya pacar…ahhh kamu homo kali ya ?”
“Astagfirullah……..
Seharusnya bukan itu kata-kata yang keluar dari mu saudari ku “ aku mulai
menahan emosi ku.
“makin banyak orang
aneh ya sekarang……sok fanatik agama, gmn kamu mau dapat istri kalau pacaran aja
gak mau, nunggu jodoh turun dari langit ?? jodoh memank di tangan Allah tapi
kalau gak dicari gimana mau dapat “ temen ku makin nyolot.
“ apa untungnya pacaran
buat kamu ?? apa kamu ngerasa kamu lebih baik dgn pacaran ? aku gak pacaran
karna aku ingin memuliakan wanita… dengan menjaga nama baik nya, keluarganya
dan lingkungannya…. Seharusnya sebagai wanita kamu tahu dampak buruk buat kamu
ketika kamu terikat dalam hubungan yang tidak halal…apa kamu yakin cowok yang
macarin kamu sekarang bakal jadi suami mu ?? kalau tiba-tiba dia mutusin kamu
?? “ aku berusaha membuka pikirannya.
Alhamdulillah jawaban
ku cukup berhasil memukul mundur serangan – serangan nya, walaupun tidak
membuatnya sadar tapi syukurlah dia
pergi meninggalkan ku tanpa merespon kembali jawaban ku. Jujur saja aku bukan
orang ‘lama’ yang telah berpeluh dalam dakwah, aku juga masih belajar untuk
mengekang emosi yang berlebih meski kadang lidah ku keluh ketika emosi
mengusaiku, sering kali tujuan hidup menjadi kajian ku ketika malam
menyelimuti, ditemani kantuk aku berusaha bertafakur. Memaknai tiap kejadian
yang terukir, menyelami tiap pelajaran hidup yang telah tertapaki, memblokade
kesalahan – kesalahan yang sama.
Banyak
hal yang ku lalui dan perjalanan ku tidak selalu datar, ada waktu ketika tertawa
mulai melalaikan ku, ketika aku harus
tersenyum dalam kesedihan, ketika aku harus membendung duka mendalam,
bercengkrama dengan masalah. Tapi warna warni itu lah yang membuat ku memahami
tiap jengkal waktu yang Allah berikan pada ku, hal – hal ini yang membuat ku
rindu akan tarbiyah dalam halaqoh, tidak peduli jika harus dikatakan sok
fanatik, terlalu kampungan, jadul, teroris bahkan munafik oleh segelintir orang.
Aku paham betul dengan langkah yang aku ambil, langkah menuju ridho Nya dan
langkah yang akan membawa ku bertemu dengan Nya nanti dengan rasa bangga. suatu
saat aku pasti lebih yakin dengan tujuan ku.
BY : ALFA SALEH
0 Comments
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar, Mohon berkomentar yang positif.